saatnya
telah tiba,
ketika
mentari menceraikan dunia dari terangnya cahaya di ufuk senja
di
kala rona merah menemani sang surya tenggelam dalam peraduannya
saat
itulah,akhir sejarah cinta kita,...
saatnya
telah tiba,
ketika
rembulan meninggalkan kepurnamaannya dalam syahdunya malam
di
kala kelamnya malam menemani jiwa yang gelisah dalam ketersiksaannya
saat
itulah, akhir sejarah kerinduan kita,..
saatnya
telah tiba,...
ketika
diri mengharap keremajaan jiwa dalam kejenuhannya
di
kala cinta memenuhi ruang jiwa dalam puncak
kulminasinya
saat
itulah,...
akhir
sejarah kisah kita selamat tinggal jiwa yang lama
Semua
memang tidak semudah yang dibayangkan. Untaian kata-kata yang menjadi saran dan
masukan hanyalah seperti pepesan kosong belaka. Masuk sesaat, lalu semua akan terhempas kembali
dengan kenangan-kenangan indah masa lalu. Kenangan yang
membangkitkan gejala akut kerinduan untuk mencapai kerinduan yang dia tidak
dapat menjangkaunya. Seolah-olah, terjadi rejeksi
diantara asupan internalisasi organ jiwa yang baru. Begitulah sakitnya patah hati. Ketika
cinta bertepuk pada sisi angin, ketika tepukan tangan tidak menghasilkan suara
cinta dari tangan yang lain, semua seolah-olah menjadi hampa. Dunia seolah-olah mau runtuh. Mungkin berlebihan, tapi
kadang itulah kenyataannya. Ada yang tersadar kembali dalam alam realita. Ada
yang semakin masuk dalam buaian dahaga kerinduan dan obsesi yang tiada
terpuaskan. Disinilah rumus bahwa “cinta tidak harus memiliki tidak berlaku”. Karena bagi sang pecinta, cinta adalah ungkapan
kata, belaian sentuhan, tatapan pandangan, dan temu jiwa yang terangkum dalam
pertemuan fisik
Inilah
cinta, inilah kerinduan diantara jiwa yang bergelora diantara 2 insan yang
sedang dilanda gelora orgasme emosional. Ketika
cinta tiada berbalas, maka perpisahan di alam dunia seolah menjadi siksaan jiwa
baginya. Jika mata tidak saling memandang maka hati tersiksa rindu. Inilah ruang dimensi cinta jiwa
itu. Cinta yang terlahir karena bentuk atau
rupa, yang sedikit diwarnai dengan indahnya jiwa. Tapi tetap bagaimanapun
bentuk dan rupa adalah manifestasi dan pengejahwantahan dari cinta itu sendiri.
Ada
yang berhasil memadukan dua jiwa dalam satu bingkai di pelaminan, namun tidak
sedikit juga yang berakhir dengan luka mendalam. Tragis memang. Ketika seseorang memberanikan
diri masuk dalam dimensi cinta dan tanggung jawab, maka seketika itu pula dia
harus bersiap dengan lesatan anak panah kekecewaan dan ketersiksaan yang akan
membidik hati dari jiwa sang pecinta. Ketika cinta tidak mendapat restu dari
orang tua, maka semua menjadi dilema bagi para pecinta. Cukuplah Qays dan Layla
sebagai contoh, cukuplah Zainuddin dan hayati yang menerangkan dalam
Tenggelamnya Kapal Vander Wijck.
Itulah
cinta. Berdarah-darah dan penuh tetesan airmata dalam perpisahannya.
Tapi ingatlah, bahwa cinta itu
membutakan pelakunya dalam ledakan orgasme emosionalnya. Ketika kisah 2 pecinta berakhir di pelaminan
yang berbeda, maka seketika itu pula, 2 insan itu tersadar bahwa ada cinta lain
yang sedang menunggu untuk dibingkai dengan indahnya. Ada yang berhasil
membingkai ruang cinta baru itu, tapi ada pula yang gagal membingkai hal
itu. Perbedaannya
adalah, keberhasilan seorang pecinta yang patah hati dan kemudian membingkai
ruang cinta baru dalam dirinya dilandasi oleh rasa cinta yang
lebih besar daripada ledakan orgasme emosionalnya. Dan cinta yang lebih besar itu bernama cinta
penghambaan, cinta kepada Allah SWT.
Para pecinta yang gagal dan merana
ketika tidak dapat membingkai dimensi ruang cinta yang baru dan lebih memilih
larut dalam hausnya kerinduan dan kenangannya pada orang yang dicintainya tetapi kandas adalah mereka yang lebih
memperturutkan perasaan mereka daripada cinta penghambaan kepada
Tuhannya. Mereka
menjadi budak perasaan. Memang
berat, tapi disinilah letak tantangan itu. Ketika tauhid menjadi pertaruhan
antara dimensi pilihan yang ada.
Oleh
karena itu, lupakanlah cinta yang tidak sampai di pelaminan. Setiap hamba yang dipenuhi cinta kepada Rabbnya yakin
bahwa ada cinta lain yang sedang menunggu untuk di bingkai. Ruang cinta jiwa
yang penuh dengan aroma keberkahan alam langit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar